Bukti Audit

Bukti Audit
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan kuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien.
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kualitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit meliputi :
1.    Materialitas, yaitu suatu yang ditunjukkan untuk derajad signifikan dari kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan.
2.  Resiko salah saji material ditunjukan pada resiko bawaan yang asersinya mungkin disalahsajikan dan resiko pengendalian yang mana pengendalian internalnya gagal untuk mencegah atau mendeteksi salah saji materi dalam asersi.
3.    Faktor-faktor ekonomi, dalam hal ini auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk memperoleh bukti yang diperlukan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan.
4.    Ukuran dan Karakteristik Populasi. Auditor tidak mungkin menghimpun dan mengevaluasi seluruh bukti yang ada untuk mendukung pendapatan.

Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1.      Relevansi, yang artinya harus berkaitan dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.
2.      Sumber bukti, suatu sumber informasi sangat berpengaruh terhadap kopentensi bukti audit.
3.      Ketepatan waktu, dalam kriteria ketepatan waktu ini berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti tersebut.
4.      Obyektivitas, sebuah bukti yang obyektif lebih dapat dipercaya (relitable) dan komponen dari pada bukti subyektif.


Pertimbangan atau judgement yang dilakukan auditor dipengaruhi berbagai faktor, yaitu :
1.    Pertimbangan professional auditor, pertimbangan ini memberi kontribusi pada penerapan secara wajar jumlah kualitas bukti yang disyaratkan.
2.    Intergritas manajemen, dalam hal ini manajemen bertanggung jawab atas asersi laporan keuangan, mengenai banyak bukti penguat dan data akuntasi yang mendukung laporan keuangan.
3.    Transaksi yang terjadi di perusahaan, dalam hal ini jenis dan banyaknya tansaksi sangat mempengaruhi informasi akuntansi yang dihasilkan.
4.    Jenis kepemilikan perusahaan, dalam hal ini perusahaan publik lebih memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi daripada perusahaan perorangan. Alasanya adalah banyaknya pemakaian laporan audit dari perusahaan publik yang mengandalkan laporan keuangan auditing dalam membuat keputusan investasi.
5.    Kondisi keuangan perusahaan, dalam hal ini apabila kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut cendenrung meningkatkan evaluasi subjebtif dan kehati-hatian auditor.

Jenis Bukti Audit  yaitu :
1.    Stuktur pengendalian intern, hal ini dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi.
2.    Bukti fisik, hal ini banyak dipakai dalam verifikasi saldo aktiva berwujud terutama kas dan persediaan.
3.    Catatan akuntansi, dalam hal ini catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat laporan keuangan.
4.    Konfirmasi, konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Ada tiga jenis konfirmasi, yaitu: konfirmasi positif, blank confirmation, konfirmasi negatif.
5.    Bukti dokumenter, dalam hal ini merupakan suatu yang paling penting dalam audit.
6.    Bukti surat pernyataan tertulis, surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu.
7.    Perhitunga kembali sebagai bukti matematis, bukti ini diperoleh auditor melalui perhitungan kembali oleh auditor. Perhitungan tersebut misalnya: footing untuk meneliti penjumlahan vertical, cross-footing untuk meneliti penjumlahan horizontal, perhitungan depresiasi.
8.    Bukti lisan, auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisan.
9.    Bukti analitis dan perbandingan, bukti analitis mengcangkup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau standart prestasi, trendindustry dan kondisi ekonomi umum.

Klasifikasi prosedur auditing, dapat diklasifikasikan atas tiga kategori, yaitu :
1.    Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian internal. Ini merupakan pengetahuan mengenai lingkungan pengendalian, sistem akuntansi dan prosedur pengendalian yang dipandang perlu oleh auditor untuk merencanakan audit.
2.    Pengujian pengendalian. Ini merupakan pengujian yang ditunjukkan terhadap rencana dan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian intern untuk menetapkan keefektivitasannya untuk mncegah dan menemukan salah saji material dalam suatu asersi material dalam suatu asersi laporan keuangan.
3.    Pengujian substantif. Pengujian substansif merupakan pengujian rinci dan prosedur yang dilakukan untuk menentukan salah saji material dalam saldo rekening, golongan transaksi, dan unsur pengungkapan laporan keuangan.

Evaluasi bukti audit harus lebih teliti, bila menghadapi situasi audit yang mengandung resiko besar. Dalam situasi tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Pengawasan intern yang lemah.
2.    Kondisi keuangan klien yang tidak sehat.
3.    Manajemnen yang tidak dapat dipercaya.
4.    Penggantian kantor akuntan publik.
5.    Perubahan peraturan perpajakan.
6.    Usaha yang bersifat spekulatif.
 7. Transaksi yang kompleks

Artikel APIP Lainnya :

0 comments:

Posting Komentar

Scroll to top